Membudidayakan ikan di Kolam Air Deras

Membudidayakan ikan di Kolam Air Deras

Kolam ikan dapat dikatakan sebagai kolam air deras bila air yang mengalir di kolam debitnya minimal 25 lt/detik, tetapi optimalnya debit air yang mengalir di kolam air deras yaitu 50 - 100 lt/detik. 
jenis ikan yang biasa dibudidayakan pada kolam air deras yaitu : 
1. ikan tawes
2. ikan nilem
3. ikan tombrol
4. ikan mas
5. ikan patin 
6. ikan bawal 
suatu kelebihan pada kolam air deras yaitu banyak mengandung oksigen terlarut. budidaya ikan pada kolam air deras merupakan suatu budidaya ikan yang dilakukan secara intensif karena membutuhkan pakan yang memenuhi syarat. budidaya ikan di kolam ini memerlukan pengelolaan pakan termasuk penentuan kualitas pakan, waktu pemberian pakan, dan jumlah pemberian pakan. 
Umumnya budidaya ikan di kolam air deras banyak dilakukan di daerah pegunungan seperti bandung, Bogor, Tasikmalaya, Sukabumi, Purwokerto, Temanggung, Wonosobo, dan Malang. 
dalam membuat kolam air deras kondisi air harus diperhatikan : 
1. Debit air minimal 25 liter/detik, optimal 50 - 100 lt/detik
2. Oksigen O2 yang terlarut pada kolam air deras cukup tinggi yaitu 6 - 8 ppm
3. Air yang digunakan untuk kolam air deras harus bebas polusi
4. Air dapat terpenuhi sepanjang tahun
5. Kolam harus kokoh terbuat dari tembok
6. makanan ikan (pakan) harus berkualitas baik mengandung protein 25 - 30%

IKAN BANDENG (Chanos chanos)

Ikan Bandeng (Latin: Chanos chanos atau Inggris: Milkfish) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki rasa yang spesifik, dan telah dikenal di Indonesia bahkan di luar negeri. Menurut penelitian Balai Pengembangan dan Penelitian Mutu Perikanan (1996), kandungan omega-3 Bandeng sebesar 14.2% melebihi kandungan omega-3 pada ikan salmon (2.6%), ikan tuna (0.2%) dan ikan sardines/ mackerel (3.9%). Kandungan gizi Bandeng secara lebih lengkap dapat dilihat pada komposisi kimia yang terdapat pada Bandeng.
Tabel Komposisi Kimia Bandeng
Jenis Jumlah
Fat 0.06%
Protein 20.38 %
Phosphorus 53 mg %
Manganese 19.19 mg %
Sodium 12.0 mg %
Calcium 4.89 mg %
Pottassium 0.38 mg %
Omega-3 14.2 %
Lioleic Acid 1.25 %
Eicosapentanoic Acid (EPA) 3.39 %
Decosahexanoic Acid (DHA) 9.48 %
Energy 820.60 cal
Sumber: Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, 1996

Ikan Bandeng saat ini banyak diolah dalam bentuk bandeng asap, pindang dan bandeng presto. Ikan ini telah dikenal banyak mengandung duri-duri kecil dalam dagingnya, sehingga dapat mengurangi selera makan dan bahkan dapat membahayakan konsumen. Hal ini yang menyebabkan ikan bandeng kurang banyak diminati, walaupun dagingnya mempunyai rasa yang sangat gurih dan enak (Ibrahim, 1997). Salah satu bentuk pengolahan ikan bandeng menjadi otak-otak bandeng ini diharapkan dapat memenuhi selera konsumen dan dapat meningkatkan nilai tambah ikan bandeng.
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bandeng otak-otak bandeng harus memiliki tingkat kesegaran yang tinggi sehingga produk otak-otak bandeng yang dihasilkan memiliki mutu yang lebih baik. Mutu produk yang dihasilkan tergantung dari bahan baku maupun proses pengolahan yang dilakukan. Berikut adalah ciri-ciri ikan segar yang bermutu tinggi maupun yang bermutu rendah.
Tabel Ciri-ciri Ikan Bermutu Segar dan Ikan Bermutu Rendah
Parameter Ikan Segar Bermutu Tinggi Ikan Segar Bermutu Rendah
Mata Cerah, bola mata menonjol, kornea jernih Bola mata cekung, pupil putih susu
Insang Warna merah cemerlang, tanpa lendir Warna kusam, dan berlendir
Lendir Lapisan lender jernih, transparan, mengkilat cerah, belum ada perubahan warna Lender berwarna kekuningan sampai coklat tebal, warna cerah hilang, pemutihan nyata
Daging dan Perut Sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut dagingnya utuh, bau isi perut segar Sayatan daging kusam, warna merah jelas sepanjang tulang belakang, dinding perut membubar, bau busuk
Bau Segar, bau rumput laut, bau spesifik menurut jenis Bau busuk
Konsistensi Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang
Sumber: SNI No.01-2729.1-2006

Budidaya Ikan Patin

BERAWAL DARI KOLAM DI DEPAN RUMAH YANG MENGANGGUR …. KIRA – KIRA UKURANYA 30 X 15 METER.
sebenarnya kolam tersebut sudah di isi dengan Ikan Nila kira-kira 500 ekor .. tetapi yah maklum karena tidak di jaga nggak tau deh ikannya masih ada atau tidak … nah dari pada kolamnya menganggur .. maka bayu mencoba untuk berternak ikan Patin di kolam tersebut … dengan teknis Jaring Apung aja supaya ikannya nggak kabur .. hee…
wah maklum bisnis Arwana yang kemaren gagal di laksanakan karena ternyata di daerah Buntok sudah sangat jarang ditemukan bibit ikan Arwana … jadi dari pada menganggur mendingan berpaling haluan berternak Ikan Patin aja …
berikut tips berternak ikan patin yang ingin bayu praktekan mulai besok hari …

Ikan Patin
Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkembang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan Patin Siam hanya bisa dilakukan secara buatan atau lebih dikenal dengan istilah kawin suntik (induce breeding).
Di setiap tempat, nama patin berbeda-beda. Di Vietnam, Patin Siam disebut Ca Tre Yu, di Kamboja disebut Trey Pra. Dalam Bahasa Inggeris, Patin Siam disebut Catfish, River Catfish, atau Striped Catfish. Sedangkan di Indonesia, selain dinamakan ikan patin disebut juga jambal siam, atau lele bangkok (Jawa), dan ikan juara (Sumatra dan Kalimantan).
Pematangan Gonad di kolam tanah
Pematangan gonad ikan patin dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 100 m2; keringkan selama 2 – 4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam; isi air setinggi 50 – 70 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 100 ekor induk ukuran 3 – 5 kg; beri pakan tambahan berupa pellet tenggelam sebanyak 3 persen/hari. Catatan : induk jantan betina dipelihara terpisah.
Pematangan di bak tembok
Pematangan gonad ikan patin juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan bak tembok ukuran panjang 8 m, lebar 4 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 – 4 hari; isi air setinggi 60 – 80 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 50 ekor induk; beri pakan tambahan (pelet) sebanyak 3 persen/hari. Catatan : induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
Pembesaran
Pembesaran ikan patin dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran 500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 6 – 8 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 – 60 cm dan rendam selama 5 hari; masukan 10.000 ekor benih hasil seleksi, beri pakan 3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan; alirkan air secara kontinyu; lakukan panen setelah 2 bulan. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 125 gram sebanyak 400 – 500 kg.
Pembesaran di keramba jaring apung lapis pertama
Pembesaan ikan patin bisa juga dilakukan di kolam jaring apung (KJA). Caranya, siapkan sebuah kolam jaring apung lapis pertama; masukan 300 kg benih ikan yang sudah diseleksi; beri pelet setiap hari secara adlibitum (beri saat lapar dan hentikan setelah kenyang; lakukan panen setelah 3 bulan. Sebuah keramba jaring apung dapat meghasilkan ikan konsumsi sebanyak 1,5 – 2 ton.
Pembesaran di keramba jaring apung lapis kedua
Pembesaan ikan bisa juga dilakukan di kolam jaring apung (KJA) lapis kedua. Pembesaran ini tidak sebagai komoditas utama, tetapi sebagai komoditas sampingan. Caranya, siapkan sebuah kolam jaring apung lapis kedua; masukan 200 kg benih ikan yang sudah diseleksi; selama pemeliharaan tidak diberi pakan tambahan, tetapi hanya memanfaatkan pakan sisa ikan mas; Panen dilakukan setelah 3 bulan. Sebuah kolam jaring aung dapat meghasilkan ikan konsumsi sebanyak 400 – 500 kg.
 

TEHNIK DALAM PEMBUDIDAYAN BELUT UNTUKPEMBESARANNYA



Budidaya Ternak Belut sebenarnya tidak terlalu sulit. Waktu panennya juga bisa dipersingkat dari 7 bulan menjadi 4 bulan, tergantung pada penanganan pakan dan media.
Secara ringkas, teknis budidaya dan pemeliharaan belut hanya memerlukan perhatian pada memilih lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih,penetasan, pakan serta hama.

KOLAM BUDIDAYA
Kolam budidaya belut terbagi menjadi 4 yaitu :
  1. Kolam pemijahan : berfungsi untuk mengawinkan induk belut yang sudah terpilih.
  2. Kolam pendederan : berfungsi untuk menampung dan membiakkan benih belut yang berukuran 1-2 cm.
  3. Kolam belut remaja : berfungsi untuk menampung dan membiakkan belut yang berukuran 3-5 cm.
  4. Kolam belut konsumsi : terbagi menjadi 2 tahapan yang masing – masing tahapan membutuhkan waktu 2 bulan. Tahap pertama pemeliharaan belut dari ukuran 5-8 cm menjadi ukuran 15-20 cm. Tahap kedua pemeliharaan belut dari ukuran 15-20 cm menjadi 30-40 cm.
BANGUNAN KOLAM
Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama, hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
  1. Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m 2. Untuk kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
  2. Pembuatan kolam belut sebaiknya dengan bak dinding yang disemen tapi dasar kolam dibiarkan tanah tanpa diplester.
  3. Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong lapisan pertamanya diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), barulah air dialirkan ke dalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut dilepaskan ke dalam kolam.
PEMIJAHAN
  1. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
  2. Untuk kolam seluas 1 m2 diisi satu set indukan (1 ekor jantan dan 2 ekor betina). Waktu pemijahan belut diperkirakan berlangsung selama 10 hari setelah itu baru telur dari belut menetas. Telur akan menetas dan dalam waktu 5-8 hari dan belut berukuran 1,5 – 2,5 cm. Dengan ukuran tersebut, bibit belut diangkat dan ditempatkan pada kolam pendederan untuk untuk di pelihara selama 1 bulan untuk mencapai ukuran 5-8 cm.
PENYIAPAN
  1. Bibit belut yang layak dan siap dipelihara adalah bibit yang sudah berukuran 5-8 cm. Biasanya sudah berumur sekitar 4 bulan, melalui 2 tahap dengan masing –masing tahapan selama 2 bulan.
  2. Bibit bisa diperoleh dari bak / kolam pembibitan yang telah atau bisa juga bibit diperoleh dari peternak pembibit yang lain.
  3. Perlakuan dan perawatan bibit, dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Caranya dengan pengairan yang bersih, lebih baik lagi apabila bibit tersebut berada pada air yang mengalir.
PEMELIHARAAN PEMBESARAN
  1. Pemupukan
    Gunakan jerami yang sudah lapuk, berfungsi untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama (untuk lebih detail lihat artikel pemupukan kolam).
  2. Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar (belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
  1. Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
sebenarnya tidak terlalu sulit. Waktu panennya juga bisa dipersingkat dari 7 bulan menjadi 4 bulan, tergantung pada penanganan pakan dan media.
Secara ringkas, teknis budidaya dan pemeliharaan belut hanya memerlukan perhatian pada memilih lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih,penetasan, pakan serta hama.

KOLAM BUDIDAYA
Kolam budidaya Ternak belut terbagi menjadi 4 yaitu :
  1. Kolam pemijahan : berfungsi untuk mengawinkan induk belut yang sudah terpilih.
  2. Kolam pendederan : berfungsi untuk menampung dan membiakkan benih belut yang berukuran 1-2 cm.
  3. Kolam belut remaja : berfungsi untuk menampung dan membiakkan belut yang berukuran 3-5 cm.
  4. Kolam belut konsumsi : terbagi menjadi 2 tahapan yang masing – masing tahapan membutuhkan waktu 2 bulan. Tahap pertama pemeliharaan belut dari ukuran 5-8 cm menjadi ukuran 15-20 cm. Tahap kedua pemeliharaan belut dari ukuran 15-20 cm menjadi 30-40 cm.
BANGUNAN KOLAM
Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama, hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
  1. Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m 2. Untuk kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
  2. Pembuatan kolam belut sebaiknya dengan bak dinding yang disemen tapi dasar kolam dibiarkan tanah tanpa diplester.
  3. Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong lapisan pertamanya diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), barulah air dialirkan ke dalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut dilepaskan ke dalam kolam.
PEMIJAHAN
  1. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
  2. Untuk kolam seluas 1 m2 diisi satu set indukan (1 ekor jantan dan 2 ekor betina). Waktu pemijahan belut diperkirakan berlangsung selama 10 hari setelah itu baru telur dari belut menetas. Telur akan menetas dan dalam waktu 5-8 hari dan belut berukuran 1,5 – 2,5 cm. Dengan ukuran tersebut, bibit belut diangkat dan ditempatkan pada kolam pendederan untuk untuk di pelihara selama 1 bulan untuk mencapai ukuran 5-8 cm.
PENYIAPAN
  1. Bibit belut yang layak dan siap dipelihara adalah bibit yang sudah berukuran 5-8 cm. Biasanya sudah berumur sekitar 4 bulan, melalui 2 tahap dengan masing –masing tahapan selama 2 bulan.
  2. Bibit bisa diperoleh dari bak / kolam pembibitan yang telah atau bisa juga bibit diperoleh dari peternak pembibit yang lain.
  3. Perlakuan dan perawatan bibit, dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Caranya dengan pengairan yang bersih, lebih baik lagi apabila bibit tersebut berada pada air yang mengalir.
PEMELIHARAAN PEMBESARAN
  1. Pemupukan
    Gunakan jerami yang sudah lapuk, berfungsi untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama (untuk lebih detail lihat artikel pemupukan kolam).
  2. Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar (belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
  3. Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun